MUTIARA DI BALIK MUSIBAH

MUTIARA DI BALIK MUSIBAHKumpulan Hadis Qudsi yang menerangkan bahwa Surga adalah balasan bagi kaum mukmin yang sabar dalam menghadapi musibah berupa bencana.

Siapakah orang-orang yang medapat musibah terbesar?

Dari Sa’ad, ia berkata: bahwa Rasulullah telah bersabda:
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan agamanya (imannya), apabila agamanya kuat maka makin berat ujiannya, apabila agamanya kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya, dia akan diuji terus , sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa)”.

“Dari Aisyah ra., dia berkata: bahwa Rasulullah telah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang shalih akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapus dosa-dosanya dan akan ditingkatkan derajatnya”. (H.R. Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim dan Baihaqi)

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya), dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).

“Sesungguhnya, besarnya balasan sesuai dengan besarnya musibah. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai kepada suatu kaum, maka mereka akan diuji dengan berbagai macam musibah. Barang siapa yang ridho, maka dia akan diridhoi oleh Allah. Dan barang siapa yang tidak menerima (atas musibah tersebut), maka dia akan dimurkai Allah.” (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).

Hadis qudsi mengenai balasan atas bencana

Dari Anas bin Malik, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya dengan sorga". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Apabila Aku mengambil kedua kehormatan hamba-Ku di dunia, maka balasannya di sisi-Ku adalah sorga . (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Allah Ta'ala berfirman : "Tidak ada balasan disisi-Ku bagi hamba-Ku yang mu'min apabila aku mematikan kekasihnya dari penghuni dunia dan ia mengharap pahalanya, melainkan sorga". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda : "Tidaklah dua orang Muslim yang tiga orang anaknya yang belum dewasa meninggal dunia melainkan Allah memasukkannya ke sorga sebab anugerah rahmat-Nya kepada mereka". Beliau bersabda : "Dikatakan kepada mereka : "Masuklah ke sorga". Mereka menjawab : "Sehingga orang tua kami masuk (sorga)". Dia berfirman : "Masuklah kamu ke (sorga) dan orang tuamu". (Hadits ditakhrij oleh An Nasa'i).

Dari Abu Umamah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Allah Yang Maha Suci berfirman : "Hai anak Adam, jika kamu sabar dan mengharapkan pahala pada kejadian pertama, aku tidak merelakan pahala untukmu selain sorga". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Apabila anak manusia meninggal maka Allah berfirman kepada Malaikat-Nya : "Kamu matikan anak hamba-Ku ?". Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu matikan buah hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman : "Apakah yang diucapkan oleh hamba-Ku?" Mereka menjawab : "Memuji dan mengembalikannya kepada-Mu (membaca istirja')". Allah berfirman : "Bangunlah rumah untuk hamba-Ku di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi (rumah pujian)". (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ? Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu kesembuhan. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)

Dan yang terpenting:

“Demi Kejayaan dan Keagungan-Ku, tidak akan Aku matikan hamba-Ku yang telah Aku kehendaki kebaikan baginya, sehingga Aku menghapuskan dosa-dosa yang pernah ia lakukan melalui rasa sakit di badannya, kerugian pada hartanya dan kematian anaknya. Maka apabila masih terdapat dosa padanya, Aku perberat baginya sakaratul maut, sehingga dia menemui Aku seperti saat ia dilahirkan dari rahim ibunya (tidak mengemban suatu dosapun)”.(Hadis Qudsi: Lihat juga Musnad Imam Ahmad Juz III/29, 41)

“Dan demi Kejayaan dan Keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku tetapkan keburukan atasnya, sehingga Aku menghapuskan perbuatan-perbuatan baiknya melalui kesehatan tubuhnya (tidak pernah sakit), bertambah hartanya dan bertambah anaknya, maka sekiranya masih ada kebaikan padanya, Aku ringankan baginya sakaratul maut sehingga dia menghadap kepada-Ku dalam keadaan tidak memiliki kebaikan apapun”. (Hadis Qudsi: Lihat juga Musnad Imam Ahmad Juz III/29, 41)

Kaget ?

Dari dua kutipan hadis qudsi diatas dapat kita simpulkan bahwa, logika manusia yang sempit tak kan pernah dapat memahami Ilmu Allah yang sedemikian luasnya. Coba kita semua renungkan, apa yang sering kita minta di saat berdoa? Harta bertambah? Pangkat atau jabatan? Kelancaran dalam usaha? lalu apa yang terjadi bila Allah belum mengabulkan permintaan kita ? Apakah kita kecewa? Kemudian muncul musibah kesulitan yang tak terduga. Apakah kita tetap bersabar dan yakin bahwa segala sesuatu adalah yang terbaik menurut-Nya ? Masihkah kita mengikuti hawa nafsu untuk mereguk semua kenikmata dunia ? Masihkah kita bertuhan kepada harta, jabatan, dan hawa nafsu ? Masihkah kita tergolong orang-orang yang ditutup pintu hatinya oleh Allah untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya ?

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Q.S.45/ Al Jaatsiyah: 23)

Comments

Popular Posts